Dimensi paling
inti dari kebijakan publik adalah proses kebijakan. Di sini kebijakan
publik dilihat sebagai sebuah proses kegiatan atau sebagai satu kesatuan
sistem yang bergerak dari satu bagian ke bagian lain secara sinambung,
saling menentukan dan saling membentuk.
Model proses
kebijakan yang paling klasik dikembangkan oleh David Easton (1984).
Easton melakukan analogi dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem
biologi merupakan proses interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya,
yang akhirnya menciptakan kelangsungan perubahan hidup yang relatif
stabil. Dalam terminologi ini, Easton menganalogikannya dengan kehidupan
sistem politik. Kebijakan publik dengan sistem mengandaikan bahwa kebijakan
merupakan hasil atau output dari sistem (politik). Seperti dipelajari
dalam ilmu politik, sistem politik terdiri atas input, throughput
dan output, seperti digambarkan sebagai berikut:
Gambar Proses
Kebijakan Publik Easton
Dari gambar
tersebut dapat dipahami bahwa proses formulasi kebijakan publik berada
dalam sistem politik dengan mengandalkan pada masukan (input)
yang terdiri atas dua hal, yaitu tuntutan dan dukungan. Model Easton
inilah yang dikembangkan oleh para akademis di bidang kebijakan publik,
seperti: Anderson, Dunn, Patton dan Savicky, dan Effendy.
Sedangkan, James E. Anderson, David W. Brady, dan Charles Bullock III (1978) membagi proses kebijakan menjadi:
- Agenda kebijakan (policy agenda)
- Perumusan kebijakan (policy formulation)
- Penetapan kebijakan (policy adoption)
- Pelaksanaan kebijakan (policy implementation)
- Evaluasi kebijakan (policy evaluation)
Model ini selanjutnya
dibandingkan dengan model proses kebijakan yang dikembangkan oleh William
N. Dunn sebagai berikut:
Gambar Proses
Kebijakan Publik Dunn
Patton dan Savicky membuat siklus proses kebijakan sebagai berikut:
- Mendefinisikan masalah (define the problem)
- Menentukan kriteria evaluasi (detrmine evaluation criteria)
- Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan alternatif (identify alternative policies)
- Mengevaluasi kebijakan-kebijakan alternatif (evaluate alternative policies)
- Menyeleksi kebijakan-kebijakan pilihan (select preferred policy)
- Menerapkan kebijakan-kebijakan pilihan (implement the preferred policy)
Model proses kebijakan lainnya, dikenalkan oleh Thomas R. Dye yang dibagi menjadi:
- Identifikasi masalah kebijakan (identification of policy problem)
- Pengaturan agenda (agenda setting)
- Perumusan kebijakan (policy formulation)
- Pengesahan kebijakan (policy legitimation)
- Pelaksanaan kebijakan (policy implementation)
- Evaluasi kebijakan (policy evaluation)
Konsep proses
kebijakan yang dikembangkan Gerald Meier, yang disebut policy formation
juga bersifat linear, sebagaimana dapat disimak pada gambar berikut
ini
Gambar
Proses Kebijakan Meier
Sementara itu,
Merilee Grindle dan John Thomas (1991) menyepakati bahwa pada dasarnya
proses kebijakan tidak sepenuhnya linear, melainkan bergerak seperti
diagram pohon keputusan (decision tree model) sebagai berikut:
Gambar Proses
Kebijakan Grindle dan Thomas
David Scott (2000) mengemukakan tiga model proses kebijakan, yaitu:
- Centralized
- Policy Made
- Policy Implemented
- Pluralisme
- Policy Made
- Policy Contest and Remade
- Policy Implemented
- Fragmen & Multidirected
- Policy Made
- Policy Contested and Remade
- Policy Remade During Its Implementation
- Policy Rewritten
Model yang dikembangkan oleh para para ilmuwan kebijakan publik di atas mempunyai satu kesamaan yaitu bahwa proses kebijakan berjalan dari formulasi menuju implementasi, untuk mencapai kinerja kebijakan. Pola kesamaan tersebut menjelaskan bahwa proses kebijakan adalah dari gagasan kebijakan, formalisasi dan legalisasi kebijakan, implementasi, baru kemudian menuju kinerja atau mencapai prestasi yang diharapkan sebagai hasil dari evaluasi kinerja kebijakan.