Kamis, 20 Mei 2010

Corak Perencanaan Inkrimental

Kritik paling awal dalam sejarah terhadap pendekatan perencanaan komprehensif—dan sangat mempengaruhi—diberikan oleh Charles Lindblom pada tahun 1959. Penulis tersebut mengkritik pendekatan perencanaan komprehensif sebagai model perencanaan yang membutuhkan tingkat ketersediaan data dan kompleksitas analisis yang berada di luar jangkauan dan kemampuan para perencana pada umumnya.

Menurutnya, dalam praktek, jarang perencanaan dilakukan secara komprehensif, sehingga lebih baik perencanaan dilakukan secara inkrimental (sepotong demi sepotong) menggunakan “perbandingan terbatas dari hasil-hasil berurutan” untuk mencapai tujuan jangka pendek yang realistis.

Pendekatan inkrimental sendiri juga dikritik sebagai terlalu “kuatir” dan konservatif, karena memperkuat kondisi yang ada (status quo) dan mengingkari kekuatan perubahan sosial yang revolusioner (perubahan besar dan dalam waktu relatif singkat). Pendekatan ini juga dikritik berkaitan dengan kelemahannya dalam berpikir induktif dengan berasumsi bahwa stimulus dan respon jangka pendek dapat menggantikan kebutuhan terhadap visi dan teori.

Meskipun menerima kritik-kritik tersebut, pendekatan ini merupakan argumen balik/kontra terhadap perencanaan tradisional “master planning” yang berbasis kekomprehensifan arsitektur dan perancangan kota. Pendekatan inkrimental meningkatkan orientasi ke analisis marginal dari kebijakan sarana prasarana, ekonomi dan politik serta sosial budaya secara pragmatis dan tidak terpadu. Oleh karena itu, perencanaan inkrimental (oleh beberapa pihak) dianggap bukan perencanaan karena tidak mengantisipasi masa depan yang berjangka panjang;



Tabel ….

Hubungan Corak Perencanaan dengan Teori Politik

Hubungan Corak Perencanaan dengan Teori Politik

Perencanaan strategis memang lebih mewadahi partisipasi masyarakat dalam proses perencanaannya, sehingga memang mampu mewadahi aspirasi partai atau golongan/ kelompok yang memperjuangkan demokrasi. Aliran sosialis cenderung memilih corak perencanaan ekuiti atau perencanaan advokasi. Aliran sosialis yang “radikal” mungkin lebih menyukai perencanaan advokasi, karena mewadahi konflik antar kelas sosial, sedangkan aliran sosialis yang lebih lunak mungkin memilih perencanaan ekuiti, karena hasilnya menjadi satu rencana, secara kompromi dengan golongan lain di masyarakat.

Kompromi tersebut dapat saja berakhir dengan menerima rencana komprehensif atau rencana strategis bila aspirasi kelompok minoritas/tertindas yang diperjuangkan oleh para perencana ekuiti secara adil telah dapat terwadahi. Kelompok masyarakat yang ingin lebih bebas, tidak terikat dengan pihak lain dan juga tidak terikat dengan masa lalu serta merasa tidak perlu mempunyai tujuan jangka panjang, mungkin sekali akan lebih memilih perencanaan inkrimental.